Expectation Is Killing (Me)







Bisa dibilang aku adalah orang yang berekspektasi tinggi terhadap hal apapun. Literally HAL APAPUN*sound efek jeng jeng jeng please* dari makanan, film, buku,kehidupan akademik, kehidupan sosial,bahkan kehidupan asmara (yess, I also can fall in love guys).

Contohnya ada film baru sequel dari film sebelumnya, dalam hati “Fix ini harus nonton gila aja film awalnya aja bagus gitu apalagi sequelnya” .End up I feelin so bored and feelin so sorry to my self because I waste my money. Dalam hal makanan misalnya, wah apalagi ini. Susah banget disenengin kalo urusan makanan, sambel kurang pedes dikit atau kurang selera aja langsung menyesal, makanan kurang asin atau kurang bumbu atau kurang selejat yang ada di pikiran aja protes dalam hati udah kayak apaan tau.

Ekspetasi tinggi lingkup kehidupan sosial lebih ke bagaimana aku harus diperlakukan dalam sosial bermasyarakat contohnya nih, aku berusaha untuk bersikap sebaik-baiknya kepada semua orang karena aku pengen dapet timbal balik diperlakuin sebaik-baiknya juga*prinsip*. Sehingga kalo ada orang jutek atau responnya tidak sebaik yang aku harapkan langsunglah terjadi justifikasi negatif terhadap seseorang itu.

Hmm kalo kehidupan asmara pengaruhnya tinggi ekspektasi itu gak lepas dari drama-drama korea yang itu romantisnya masyAllah yang liat sampe senyum-sendiri setengah ngayal “kapan ya *insert ur crush name* se-romantis itu?” yang padahal pada kenyataanya korea selatan adalah salah satu negara dengan tingkat kekerasan tertinggi pada terhadap perempuan.Kalau gak percaya bisa baca dua artikel berikut :
http://time.com/4668658/violence-women-v-day-domestic-asia-homicide-sexism/
http://www.telegraph.co.uk/news/2017/08/24/almost-80-south-korean-men-have-abused-girlfriend-study-claims/
Gimana? Pada kaget gak?Hahahahh aku aja awalnya gak percaya.Masa sih negara pembuat drama dan film yang ditonton sejuta umat wanita dunia yang habis nonton drama korea pada bikin goals baru dalam hidup kalau jodoh dia harus oppa-oppa korea memiliki fakta sosial yang justru bertolak belakang.That’s life, full of fakeness. Tapi terlepas dari fakta gelap itupun aku masih seneng-seneng aja nonton drama korea+senyum+ngayal hahahaha.Irony.


OK stop mikirin gantengnya Lee Min Ho balik fokus ke ekspektasi.

Ekspetasi yang tingginya ngalah-ngalahin bangunan Burj Khalifa *biar dapet efek over-expectationya* bikin aku jadi manusia yang gampang kecewa trus swing mood-nya keluar. Langsung bete, sedih, dengerin lagu-lagu galau sambil nyemili lays*diet what*. And I realize that is one of my bad behaviours and it’s not good for my emotional life and my pocket cuz I keep buying lays wkwkwk.

Berekspektasi itu baik tapi apapun itu yang berlebihan kayaknya emang gak baik dan ekspetasi dalam kasusku disini juga punya definisi lain yaitu “aku minta balasan” apalagi dalam segi kehidupan sosial dan kehidupan asmara. Yang jatuhnya kebaikan ku jadi gak ikhlas.Wow, I’m feeling so damn egoistic right now.

Beberapa waktu ini aku udah mulai mengurangi untuk berekspektasi terlalu tinggi dan kadang tidak berekspektasi sama sekali dan itu menyenangkan lo hahahhah. Aku justru lebih menikmati hidup dan bahagia.Urusan di balas atau tidak , atau tidak dibalas dengan semestinya lebih aku terima dengan sikap legowo + yaudah lah bodo amat hehe.Btw kalian udah nyoba nonton film tanpa ekspektasi apapun gak? Coba deh.Asik.

Komentar

Postingan Populer